Selasa, 02 November 2010 , 18:01:00 WIB Laporan: Widya Victoria
RMOL. Sebanyak sebelas kapal perang dan satu pesawat udara TNI AL jenis Cassa serta sedikitnya 2145 personel TNI Angkatan Laut dikerahkan untuk menangani berbagai bencana yang menimpa tanah air akhir-akhir ini.
Demikian keterangan tertulis Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut, Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, yang diterima Rakyat Merdeka Online, hari ini (Selasa,2/11). Disebutkan, untuk menangani musibah tsunami di Kepulauan Mentawai, lima unsur kapal perang dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat telah dikerahkan untuk mengangkut berbagai jenis bahan makanan, obat-obatan, selimut, tenda, pakaian, kendaraan truk, ambulans dan personel, dalam rangka melaksanakan operasi tanggap darurat membantu meringankan derita warga Kepulauan Mentawai. Kelima unsur kapal perang tersebut adalah KRI Imam Bonjol-383, KRI Teluk Gilimanuk-531, KRI Teluk Peleng-535, KRI Teluk Sabang-544, dan KTI Teluk Cirebon-543, dan sebuah unsur dari Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yaitu KRI Teluk Manado-537.
Sedangkan pesawat Cassa TNI AL dari Satuan Udara Armada RI Kawasan Barat diperbantukan untuk melaksanakan dropping bahan makan dari udara ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau transportasi lainnya.Selain di Mentawai, prajurit TNI AL juga diterjunkan untuk membantu operasi tanggap darurat musibah meletusnya Gunung Merapi di Sleman, Provinsi Jawa Tengah. Sekitar 160 prajurit TNI AL dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Yogyakarta dikerahkan menangani warga yang tertimpa musibah tersebut.
Menurut Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, dikerahkannya alutsista termasuk pengerahan prajurit TNI AL sebagai satgas penanggulangan bencana di tanah air, merupakan perwujudan dari tugas TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP). “Satgas ini dibentuk guna membantu misi kemanusiaan bagi korban gempa dan tsunami,” kata Kadispenal. Para personel TNI AL ini, lanjut Kadispenal, selain mengoperasikan rumah sakit terapung pada KRI dr. Soeharso-990 atau mendirikan rumah sakit lapangan di tempat-tempat pengungsian, juga melaksanakan SAR untuk mencari warga yang hilang maupun tewas, serta mendistribusikan bahan bantuan. [wid]
RMOL. Sebanyak sebelas kapal perang dan satu pesawat udara TNI AL jenis Cassa serta sedikitnya 2145 personel TNI Angkatan Laut dikerahkan untuk menangani berbagai bencana yang menimpa tanah air akhir-akhir ini.
Demikian keterangan tertulis Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut, Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, yang diterima Rakyat Merdeka Online, hari ini (Selasa,2/11). Disebutkan, untuk menangani musibah tsunami di Kepulauan Mentawai, lima unsur kapal perang dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat telah dikerahkan untuk mengangkut berbagai jenis bahan makanan, obat-obatan, selimut, tenda, pakaian, kendaraan truk, ambulans dan personel, dalam rangka melaksanakan operasi tanggap darurat membantu meringankan derita warga Kepulauan Mentawai. Kelima unsur kapal perang tersebut adalah KRI Imam Bonjol-383, KRI Teluk Gilimanuk-531, KRI Teluk Peleng-535, KRI Teluk Sabang-544, dan KTI Teluk Cirebon-543, dan sebuah unsur dari Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yaitu KRI Teluk Manado-537.
Sedangkan pesawat Cassa TNI AL dari Satuan Udara Armada RI Kawasan Barat diperbantukan untuk melaksanakan dropping bahan makan dari udara ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau transportasi lainnya.Selain di Mentawai, prajurit TNI AL juga diterjunkan untuk membantu operasi tanggap darurat musibah meletusnya Gunung Merapi di Sleman, Provinsi Jawa Tengah. Sekitar 160 prajurit TNI AL dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Yogyakarta dikerahkan menangani warga yang tertimpa musibah tersebut.
Menurut Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul, dikerahkannya alutsista termasuk pengerahan prajurit TNI AL sebagai satgas penanggulangan bencana di tanah air, merupakan perwujudan dari tugas TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP). “Satgas ini dibentuk guna membantu misi kemanusiaan bagi korban gempa dan tsunami,” kata Kadispenal. Para personel TNI AL ini, lanjut Kadispenal, selain mengoperasikan rumah sakit terapung pada KRI dr. Soeharso-990 atau mendirikan rumah sakit lapangan di tempat-tempat pengungsian, juga melaksanakan SAR untuk mencari warga yang hilang maupun tewas, serta mendistribusikan bahan bantuan. [wid]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar