Jakarta, Nusa Bali
Jenazah almarhum mantan Ketua DPR/MPR dan juga mantan Ketua PBNU serta Pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP) KH Dr Idham Chalid segera dilepas dari rumah duka di Jalan Fatmawati No 45, Jakarta menuju ke peristirahatan terakhir di pemakaman keluarga di Pesantren Darul Quran, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Senin (12/7). Setelah disalatkan di masjid di dekat rumah duka, upacara kenegaraan dilaksanakan.
Pihak keluarga diwakili putra almarhum, Syaiful Hadi. Keluarga minta Ketua Umum PBNU, Agil Siradj menyerahkan jenazah pada negara, melalui inspektur upacara, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri.
Idham wafat pada pukul 08.00 Minggu (11/7). Idham adalah mantan Ketua Umum PBNU, deklarator fusi PPP 5 januari 1973 sekaligus presiden PPP kala pertama kali berdiri.
Saat melayat ke rumah duka, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut almarhum sebagai tokoh bangsa, yang menyumbangkan jasa dan pemikiran yang besar bagi bangsa.
“Kita kenang beliau pada saat penataan kehidupan politik di Indonesia, pada saat pemerintahan Presiden Soeharto, beliau tokoh arsitek dengan kearifan yang luar biasa, bisa ikut menata partai-partai politik dan diterima dengan ikhlas oleh semua,” kata SBY.
“Terlalu banyak yang telah dilakukan oleh almarhum,” tambah SBY.
Presiden SBY dan rombongan tiba di rumah duka sekitar pukul 08.55 WIB. Presiden mengenakan jas hitam dan kopiah hitam. Kali ini, SBY tidak disertai ibu negara, Ani Yudhoyono.
“Kita kehilangan salah satu putra terbaik bangsa. Doakan semoga almarhum diterima, sesuai dengan amal bakti selama hidup,” kata SBY dilansir vivanews.
Ditambahkan SBY, Idham Chalid adalah tokoh besar dengan pemikiran dan jasa yang besar. Menurut Presiden, Idham sangat aktif dalam pemerintahan, sejak usia muda. Dia pernah menjadi menteri di pemerintahan Soeharto.
“Di bidang parlemen, beliau pernah memimpin parlemen kita, DPR/MPR, bahkan memimpin Dewan Pertimbangan Agung. Suatu posisi yang sangat mulia, sangat penting,” kata SBY.
Sementara, di organisasi Islam, Idham Chalid adalah tokoh besar yang telah memimpin Nahdatul Ulama.
“Kita kenang beliau pada saat penataan kehidupan politik di Indonesia, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, beliau tokoh arsitek dengan kearifan luar biasa,bisa ikut menata partai-partai politik dan diterima dengan ikhlas oleh semua.
Jenazah almarhum mantan Ketua DPR/MPR dan juga mantan Ketua PBNU serta Pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP) KH Dr Idham Chalid segera dilepas dari rumah duka di Jalan Fatmawati No 45, Jakarta menuju ke peristirahatan terakhir di pemakaman keluarga di Pesantren Darul Quran, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Senin (12/7). Setelah disalatkan di masjid di dekat rumah duka, upacara kenegaraan dilaksanakan.
Pihak keluarga diwakili putra almarhum, Syaiful Hadi. Keluarga minta Ketua Umum PBNU, Agil Siradj menyerahkan jenazah pada negara, melalui inspektur upacara, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri.
Idham wafat pada pukul 08.00 Minggu (11/7). Idham adalah mantan Ketua Umum PBNU, deklarator fusi PPP 5 januari 1973 sekaligus presiden PPP kala pertama kali berdiri.
Saat melayat ke rumah duka, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut almarhum sebagai tokoh bangsa, yang menyumbangkan jasa dan pemikiran yang besar bagi bangsa.
“Kita kenang beliau pada saat penataan kehidupan politik di Indonesia, pada saat pemerintahan Presiden Soeharto, beliau tokoh arsitek dengan kearifan yang luar biasa, bisa ikut menata partai-partai politik dan diterima dengan ikhlas oleh semua,” kata SBY.
“Terlalu banyak yang telah dilakukan oleh almarhum,” tambah SBY.
Presiden SBY dan rombongan tiba di rumah duka sekitar pukul 08.55 WIB. Presiden mengenakan jas hitam dan kopiah hitam. Kali ini, SBY tidak disertai ibu negara, Ani Yudhoyono.
“Kita kehilangan salah satu putra terbaik bangsa. Doakan semoga almarhum diterima, sesuai dengan amal bakti selama hidup,” kata SBY dilansir vivanews.
Ditambahkan SBY, Idham Chalid adalah tokoh besar dengan pemikiran dan jasa yang besar. Menurut Presiden, Idham sangat aktif dalam pemerintahan, sejak usia muda. Dia pernah menjadi menteri di pemerintahan Soeharto.
“Di bidang parlemen, beliau pernah memimpin parlemen kita, DPR/MPR, bahkan memimpin Dewan Pertimbangan Agung. Suatu posisi yang sangat mulia, sangat penting,” kata SBY.
Sementara, di organisasi Islam, Idham Chalid adalah tokoh besar yang telah memimpin Nahdatul Ulama.
“Kita kenang beliau pada saat penataan kehidupan politik di Indonesia, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, beliau tokoh arsitek dengan kearifan luar biasa,bisa ikut menata partai-partai politik dan diterima dengan ikhlas oleh semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar