Senin, 19 Juli 2010
SORONG (Suara Karya): Komandan Korem 171/PVT Kolonel Infantri Heronimus Guru mengatakan, sesungguhnya konflik-konflik bersenjata yang terjadi di Timika dan Pegunungan Tengah, Papua, semata-mata kepentingan pribadi, bukan karena ditunggangi siapa pun, apalagi negara luar.
Korem 171/PVT membawahi wilayah Timika, Kaimana, Fakfak, Manokwari, Wondama, Bintuni, Sorong Selatan, Raja Ampat, Kabupaten Sorong, dan Kota Sorong. "Kekuatan para pengacau keamanan di Pegunungan Tengah, Timika, dan sekitarnya itu sudah diketahui TNI dan Polri di Papua dan Papua Barat. Senjata orang sipil di daerah Timika dan sekitarnya saat ini hanya sekitar tiga pucuk yang masih bisa digunakan," kata Danrem Heronimus Guru kepada wartawan usai tatap muka dengan insan pers setempat di Aula Korem 171/PVT Sorong, beberapa hari lalu.
Dikatakan Guru, kelompok bersenjata yang sering menembak karyawan sipil, Polri, maupun TNI di Freeport adalah juga mereka yang beroperasi di Kabupaten Pegunungan Tengah. "Antara daerah Pegunungan Tengah (pegunungan bintang) dan Freeport itu melalui jalan setapak. Jaraknya sangat dekat sehingga memungkinkan para penembak itu leluasa beraksi di Freeport, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Pegunungan Tengah seperti yang terjadi saat ini," kata Danrem Guru. Dikatakannya, ada kepentingan pribadi saudara-saudara kita yang tertentu di Papua untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Mereka itu sering meneror masyarakat untuk berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum.
Belum lama ini anggota Brimob ditembak kelompok bersenjata di daerah Pegunungan Tengah tersebut, tapi, menurut Danrem Guru, itu dilakukan kelompok yang itu-itu juga. Artinya, pelaku yang melakukan penembakan di Freeport sama dengan pelaku yang menembak anggota polisi di Pegunungan Tengah tersebut. Mengenai isu ada sekelompok warga di daerah itu yang meminta agar TNI ke luar dari Papua adalah suatu hal yang tidak mungkin terjadi. "TNI hadir di negara ini termasuk di Papua dan Papua Barat untuk melindungi masyarakat dan wilayah NKRI, bukan untuk meresahkan rakyat," ucap Danrem.
Mengenai laporan beberapa waktu lalu ada anggota TNI yang menakut-nakuti masyarakat di pedalaman Papua, Guru meminta agar oknum anggota TNI itu segera dilaporkan kepadanya. Begitu laporan masyarakat diterima, tim segera turun untuk mengecek kebenarannya. Apabila terbukti dan pelakunya oknum anggota TNI, akan ditindak langsung. Danrem Guru jua menegaskan, pihaknya tidak akan menoleransi dan menindak anggotanya yang digunakan untuk mem-back up oknum pejabat di daerah itu. Terutama, oknum pejabat yang menggunakan anggota TNI untuk mengintimidasi masyarakat bagi kepentingan tertentu. (Yacob Nauly)
SORONG (Suara Karya): Komandan Korem 171/PVT Kolonel Infantri Heronimus Guru mengatakan, sesungguhnya konflik-konflik bersenjata yang terjadi di Timika dan Pegunungan Tengah, Papua, semata-mata kepentingan pribadi, bukan karena ditunggangi siapa pun, apalagi negara luar.
Korem 171/PVT membawahi wilayah Timika, Kaimana, Fakfak, Manokwari, Wondama, Bintuni, Sorong Selatan, Raja Ampat, Kabupaten Sorong, dan Kota Sorong. "Kekuatan para pengacau keamanan di Pegunungan Tengah, Timika, dan sekitarnya itu sudah diketahui TNI dan Polri di Papua dan Papua Barat. Senjata orang sipil di daerah Timika dan sekitarnya saat ini hanya sekitar tiga pucuk yang masih bisa digunakan," kata Danrem Heronimus Guru kepada wartawan usai tatap muka dengan insan pers setempat di Aula Korem 171/PVT Sorong, beberapa hari lalu.
Dikatakan Guru, kelompok bersenjata yang sering menembak karyawan sipil, Polri, maupun TNI di Freeport adalah juga mereka yang beroperasi di Kabupaten Pegunungan Tengah. "Antara daerah Pegunungan Tengah (pegunungan bintang) dan Freeport itu melalui jalan setapak. Jaraknya sangat dekat sehingga memungkinkan para penembak itu leluasa beraksi di Freeport, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Pegunungan Tengah seperti yang terjadi saat ini," kata Danrem Guru. Dikatakannya, ada kepentingan pribadi saudara-saudara kita yang tertentu di Papua untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Mereka itu sering meneror masyarakat untuk berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum.
Belum lama ini anggota Brimob ditembak kelompok bersenjata di daerah Pegunungan Tengah tersebut, tapi, menurut Danrem Guru, itu dilakukan kelompok yang itu-itu juga. Artinya, pelaku yang melakukan penembakan di Freeport sama dengan pelaku yang menembak anggota polisi di Pegunungan Tengah tersebut. Mengenai isu ada sekelompok warga di daerah itu yang meminta agar TNI ke luar dari Papua adalah suatu hal yang tidak mungkin terjadi. "TNI hadir di negara ini termasuk di Papua dan Papua Barat untuk melindungi masyarakat dan wilayah NKRI, bukan untuk meresahkan rakyat," ucap Danrem.
Mengenai laporan beberapa waktu lalu ada anggota TNI yang menakut-nakuti masyarakat di pedalaman Papua, Guru meminta agar oknum anggota TNI itu segera dilaporkan kepadanya. Begitu laporan masyarakat diterima, tim segera turun untuk mengecek kebenarannya. Apabila terbukti dan pelakunya oknum anggota TNI, akan ditindak langsung. Danrem Guru jua menegaskan, pihaknya tidak akan menoleransi dan menindak anggotanya yang digunakan untuk mem-back up oknum pejabat di daerah itu. Terutama, oknum pejabat yang menggunakan anggota TNI untuk mengintimidasi masyarakat bagi kepentingan tertentu. (Yacob Nauly)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar