Jumat, 16 Juli 2010
JAKARTA (Suara Karya): Peningkatan profesionalitas prajurit masih menjadi prioritas pembangunan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Prajurit menjadi komponen utama untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta ikut menjaga perdamaian dunia. Hal ini dikatakan Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Marsetio, dan Komandan Satgas Indobatt, Letkol TNI Andi Perdana Kahar, secara terpisah di Jakarta, Kamis (15/7).
Ketika meninjau fasilitas Allied Tactical Naval Positioning (ATNP), Marsetio mengatakan, kemampuan prajurit bisa ditempuh melalui pemahaman dan penggunaan teknologi modern. Misalnya, pemanfaatan ATNP untuk meningkatkan kemampuan prajurit dalam mengaplikasikan kemampuan taktis. "Pelaksanaan di lapangan, disimulasikan dengan pemahaman prosedur taktis menggunakan (ATNP) dihadapkan dengan pengolahan dan pengendalian atau manuver Kapal Perang RI," ujar Marsetio. Sistem ATNP, ditambahkan Marsetio, memberikan kemudahan dalam tata cara bernavigasi dan berkomunikasi.
Latihan Tembak
Secara terpisah, Andi Perdana Kahar dalam surat eletroniknya yang diterima Suara Karya mengatakan, profesionalisme prajurit TNI yang sedang melaksanakan misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon Selatan selalu ditingkatkan dalam bentuk latihan di lapangan. Latihan adalah untuk membina dan meningkatkan kemampuan prajurit khususnya para perwira Indobatt, sehingga selalu siap di dalam melaksanakan tugas-tugas selaku seorang militer pada saat dibutuhkan di medan operasi, ujar Andi saat meninjau latihan menembak yang diikuti seluruh perwira Kontingen Garuda (Indobatt) di Lebanon Selatan.
Latihan menembak yang diikuti perwira TNI (Konga), diakui Andi, tak terlepas dari penugasan misi perdamaian PBB. Dalam menjalankan tugas operasi militer Selain Perang (OMSP), pasukan pemelihara perdamaian tidak pernah menggunakan kekuatan senjata. Padahal, pasukan perdamaian dalam melaksanakan misi perdamaian tetap dibekali dengan alutsista. Seperti, kendaraan tempur, senapan bantuan dan senjata perseorangan. Namun, pada kenyataannya, perlengkapan militer ini sangat jarang digunakan.
JAKARTA (Suara Karya): Peningkatan profesionalitas prajurit masih menjadi prioritas pembangunan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Prajurit menjadi komponen utama untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta ikut menjaga perdamaian dunia. Hal ini dikatakan Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Marsetio, dan Komandan Satgas Indobatt, Letkol TNI Andi Perdana Kahar, secara terpisah di Jakarta, Kamis (15/7).
Ketika meninjau fasilitas Allied Tactical Naval Positioning (ATNP), Marsetio mengatakan, kemampuan prajurit bisa ditempuh melalui pemahaman dan penggunaan teknologi modern. Misalnya, pemanfaatan ATNP untuk meningkatkan kemampuan prajurit dalam mengaplikasikan kemampuan taktis. "Pelaksanaan di lapangan, disimulasikan dengan pemahaman prosedur taktis menggunakan (ATNP) dihadapkan dengan pengolahan dan pengendalian atau manuver Kapal Perang RI," ujar Marsetio. Sistem ATNP, ditambahkan Marsetio, memberikan kemudahan dalam tata cara bernavigasi dan berkomunikasi.
Latihan Tembak
Secara terpisah, Andi Perdana Kahar dalam surat eletroniknya yang diterima Suara Karya mengatakan, profesionalisme prajurit TNI yang sedang melaksanakan misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon Selatan selalu ditingkatkan dalam bentuk latihan di lapangan. Latihan adalah untuk membina dan meningkatkan kemampuan prajurit khususnya para perwira Indobatt, sehingga selalu siap di dalam melaksanakan tugas-tugas selaku seorang militer pada saat dibutuhkan di medan operasi, ujar Andi saat meninjau latihan menembak yang diikuti seluruh perwira Kontingen Garuda (Indobatt) di Lebanon Selatan.
Latihan menembak yang diikuti perwira TNI (Konga), diakui Andi, tak terlepas dari penugasan misi perdamaian PBB. Dalam menjalankan tugas operasi militer Selain Perang (OMSP), pasukan pemelihara perdamaian tidak pernah menggunakan kekuatan senjata. Padahal, pasukan perdamaian dalam melaksanakan misi perdamaian tetap dibekali dengan alutsista. Seperti, kendaraan tempur, senapan bantuan dan senjata perseorangan. Namun, pada kenyataannya, perlengkapan militer ini sangat jarang digunakan.
"Disini kita adalah peacekeeping dan bukan peace-enforcement yang harus memaksa pihak-pihak yang bertikai dengan kekuatan senjata agar menaati aturan PBB. Namun demikian, bukan berarti tidak diperlukan latihan. Sebagai seorang prajurit TNI yang profesional, sudah semestinya cakap dan terampil dalam bidang militer khususnya keahlian menembak," ujar Andi. (Feber S).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar